Ai Maryati Sholihah dan Margaret Aliyatul Maimunah Masuk Bursa Kandidat Ketum Fatayat NU

Ai Maryati Sholihah dan Margaret Aliyatul Maimunah Masuk Bursa Kandidat Ketum Fatayat NU

TimelineNU.com
| Ai Maryati Sholihah dan Margaret Aliyatul Maimunah masuk dalam bursa kandidat Ketua Umum Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) periode 2022-2027. Pergantian kepemimpinan menjadi salah satu agenda Kongres XVI Fatayat NU yang akan digelar di Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, Sumatera Selatan 14-17 Juli 2022.

Baik Ai Maryati Sholihah maupun Margaret Aliyatul Mainunah berkomitmen untuk membuat terobosan baru dalam organisasi. 

Ai Maryati Solihah, memiliki konsen terhadap reorganisasi sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Fatayat NU. Ia menuturkan, reorganisasi yang efektif pada tubuh Fatayat NU diyakininya akan menciptakan tatanan yang dinamis sehingga Fatayat bisa terlibat dalam perumusan kebijakan strategis, utamanya menyangkut kajian anak dan perempuan.

“Membutuhkan reorganisasi di dalam menciptakan dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Memastikan kader Fatayat bisa masuk dan terlibat dalam positioning strategis,” ungkap Ai.

Hal tersebut, lanjut Ai, bisa terwujud melalui optimalisasi peran Fatayat NU sebagai organisasi sosial keagamaan. Selain itu, rencana reorganisasi yang diusung juga diharapkan bisa membawa peningkatan indeks pembangunan manusia.

“Dengan optimalisasi peran organisasi dan menuju pada peningkatan indeks pembangunan manusia seutuhnya di Indonesia,” paparnya.

“Peningkatannya adalah bukan hanya agent social change tetapi pada guidening, pendampingan. Di Fatayat ini kami menyiapkan perangkatnya. Saya punya harapan dan optimisme kader Fatayat NU mewujudkan citra diri Fatayat dan menjadi keluarga besar NU,” ungapnya.

Sementara itu, Margaret, menyampaikan alasan ia siap menjadi ketum Fatayat NU karena merasa terpanggil untuk lebih berkecimpung dalam program strategis Fatayat NU bagi kemaslahatan umat.

“Saya memiliki keterbatasan wewenang, berbeda dengan ketum sebagai pemegang kebijakan utama. Sehingga, saya yang saat ini sudah menjadi sekum (sekretaris umum), terdorong untuk menjadi ketum. Harapannya ingin berbuat lebih,” ungkapnya dalam video wawancara di kanal YouTube TVNU, Selasa (12/7/2022).

Sedikitnya, terdapat tiga gagasan utama yang ia bawa untuk maju mencalonkan diri menjadi ketum selama 5 tahun ke depan. Pertama, penguatan sistem kaderisasi. Perempuan asal Jombang ini mengaku ingin menguatkan sistem kaderisasi dalam tubuh Fatayat NU. Kaderisasi, sambungnya, merupakan ruh dari organisasi.

“Melalui ini kita bisa membuat kader memahami organisasinya, bergerak untuk penguatan organisasinya, meningkatkan komitmen sehingga bisa membentuk kader yang militan,” jabarnya.

Kedua, penguatan sebagai sumber rujukan keislaman, utamanya pada kajian anak dan perempuan. Ia berpendapat, perlu adanya penguatan terkait beberapa isu perempuan dan anak terkini yang dapat dikaji melalui forum bahtsul masail. Hal tersebut, lanjut dia, dinilai dapat menguatkan peran Fatayat NU sebagai rujukan terkait isu terkait.

“Kita hampir tidak pernah ada bahtsul masail untuk beberapa isu perempuan era kekinian yang itu perlu ditelaah dari perspektif kekinian. Ini penting selanjutnya menguatkan kembali Fatayat menjadi sumber rujukan Islam terkait perempuan dan anak,” katanya.

Ketiga, penguatan pemanfaatan teknologi informasi. Perempuan yang juga Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 2017-2022 itu mengatakan bahwa penting bagi Fatayat untuk bisa memanfaatkan teknologi informasi dengan baik. Hal ini diyakininya bakal memuluskan prosesi syiar dakwah yang akan disampaikan.

“Pemanfaatan teknologi digital, arahnya adalah mendorong media fatayat. Hal lain lagi yang juga menjadi concern adalah terkait Fatayat sebagai sumber pengetahuan Islam,” katanya.


Sumber: NU Online

0 Komentar

Cloud Hosting Indonesia
Cloud Hosting Indonesia
Cloud Hosting Indonesia